Prinsip Editing Film & TV
Tujuan
dari editing film bukan hanya pada kontinyuitas atau kesinambungan cerita saja,
jauh dari itu nilai dramatis tidah boleh diabaikan. Problem editing akan
terjadi pada individual shot, apakah dalam shot tersebut merupakan gambar diam
atau bergerak, apakah fokus ada pada foreground atau background, seberapa dekat
subyek di dalam sebuah frame, apakah subyek berada di tengah atau salah
satu sisi frame, bagaimana dengan warna serta cahaya yang ada dalam shot
tersebut? Akan menjadi dramatis ketika shot sudah dijukstaposisi, shot ke dua
harus punya relasi atau hubungan dengan shot sebelumnya. Hubungan antar shot
tersebut harus diperhatikan oleh editor.
Film yang paling sederhana merupakan
shot tunggal yang sudah merupakan rangkaian adegan, misalnya : seorang
laki-laki memasuki café lalu duduk dan memesan minuman. Akan tetapi bisa
jadi shot tunggal yang secara waktu merupakan waktu nyata/realtime ini menjadi
tidak menarik, karena tidak ada perubahan komposisi, perubahan sudut pandang,
perubahan ritme. Kasus seperti ini yang menjadi perhatian Griffith untuk
mencoba membuat apa yang dinamakan dramatic time. Waktu nyata atau real
time bisa dilanggar dengan dramatic time, dengan menempatkan shot lain bukan
shot tunggal. Editor bisa menempatkan shot
Pemotongan Gambar
Ada dua jenis pemotongan gambar
dalam editing, yakni cut dan transisi. Cut berarti perpindahan
dari satu shot ke shot berikutnya secara langsung, tanpa ada transisi sama
sekali. Sedangkan transisi atau effect transition , jenis sambungan yang
menggunakan transisi/antara dari satu shot ke shot berikutnya. Editor bisa
menggunakan cut atau transisi tergantung dari dampak atau efek apa yang
diinginkan, karena secara prinsip penggunaan ke dua jenis transisi ini akan
berbeda. Misalnya, durasi film yang sama akan terasa lebih lama jika dalam fim
tersebut menggunakan efek transisi daripada penggunaan cut. Jenis pemotongan cut
sendiri dibagi dua, yakni matched cut dan cut away. Match cut
berarti ada kesinambungan antar shot satu dengan cut shot berikutnya. Sebuah
sambungan atau cut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Penyambungan
Editing tidak boleh membingungkan
penonton, ini sebuah prinsip dasar yang harus dimiliki oleh seorang editor.
Ketika shot disambungkan satu sama lain sehingga menjadi satu rangkaian, maka
rangkaian shot tersebut harus dipahami oleh penonton. Barangkali, baiknya
editor terlebih dahulu memahami tentang prinsip penyambungan shot, yang terdiri
atas : sequence shot, cutting to continuity, classical cutting,
thematic montage, dan abstract cutting.
Sequence Shot
Film atau adegan dibuat tanpa
menggunakan pemotongan sama sekali atau no cut. Awalnya metode ini dilakukan
karena pada awalnya sejarah film, memang belum dikenal dengan teknologi serta
prinsip editing. Satu adegan direkam dalam satu shot, tanpa ada interupsi
cutting. Makanya pada saat itu film belum bisa dibuat dalam durasi yang
panjang. Akan tetatpi, saat ini sepertinya ini dijadikan sebuah model untuk
pengambilan gambar secara khusus serta salah satu metode editing. Satu
rangkaian adegan dilakukan dalam satu shot tanpa ada pemotongan gambar sama
sekali. Misalnya saja, dalam sebuah naskah dituliskan sebuah adegan sebagai
berikut : Dalam sebuah kamar kost, Sari mengambil handphone di atas meja,
mengambil tas, lalu bergegas ke luar kamar. Sutradara yang menterjemahkan
naskah ke dalam bentuk bahasa visual, sebetulnya bisa membuat berbagai
treatment shot sesuai dengan gagasannya. Contoh adegan di atas misalnya,
sutradara bisa membuat beberapa shot serta bisa jadi beberapa angle atau sudut
pengambilan gambar. Namun, dengan konsep sequence shot, sutradara hanya membuat
satu shot untuk rangkaian adegan tadi. Demikian juga dalam editing, editor
tidak usah melakukan pemotongan atau cutting jika itu dimaksudkan sebagai
sequence shot.
Cutting to Continuity
Ketika kita menyambungkan satu shot
dengan shot lainnya, seorang editor harus memiliki motivasi atau tujuan yang jelas.
Sebuah cerita atau adegan dirangkai dari beberapa shot. Cutting to continuity
merupakan sambungan atau cut digunakan untuk melanjutkan cerita, cutting
to continue teeling the story. Sebuah cut untuk menyambung scene dengan
scene berikutnya. Misalnya, ada beberapa shot sperti ini : 1. Secangkir kopi 2.
CU seorang pria 3. Tangan yang mengangkat cangkir kopi 4. Meletakan cangkir 5.
Menghela nafas. Jika ke lima shot itu disambung maka akan menghasilkan cerita,
misalnya menjadi seorang pria yang sedang meminum kopi. Dan ini yang dinamakan
penyambungan untuk membuat satu cerita.
Classical Cutting
Kalau anda suka menonton sinetron
atau film India, maka dipastikan kita akan melihat (baik disadari atau tidak)
satu konsep penyambungan gambar seperti ini, yakni classical cutting. Yakni
sebuah pemotongan untuk memperjelas, mendramatisir atau menggarisbawahi sesuatu
(shot), cutting to clarify, dramatize or underline the previous shot.
Hampir sama dengan jenis sambungan cutting to continuity, bedanya dalam jenis
penyambungan ini diharapkan penonton akan mendapatkan efek yang dramatis akan
perpindahan gambar ini. Misalnya ada dua tokoh yang sedang berantem dengan
ekspresi muka yang marah. Editor melakukan penyambungan beberapa kali pada ke
dua tokoh tersebut dengan maksud untuk memperjelas bahwa ada konflik di antara
ke dua tokoh tersebut.
Thematic Montage
Sudah sejak dari jaman awal sinema,
para sineas Russia telah mencoba beberapa eksperimen penyambungan gambar. Dan
yang paling polpuler yang mereka lakukan, dan hingga kini masih berpengaruh
pada para sineas dunia yakni metode penyambungan gambar thematic montage.
Yakni sebuah cut untuk menyambung satu cerita dengan cerita lain, sebuah cut
untuk menyambung sebuah tesis (shot) dengan tesis (shot) lain; cutting to
connect one story to another; cutting to argue one thesis to another.
Eksperimen ini dilakukan dengan cara
menggabungkan satu cerita dengan cerita lain akan menghasilkan cerita yang
baru. Sineas Russia itu mencoba menggabungkan, satu cerita tentang tentara
dengan perlengkapan perang yang lengkap yang ke luar dari kapal perang. Di satu
cerita lain, petani gandum yang sedang panen. Ketika ke dua scne itu
digabungkan, maka seolah-olah akan terjadi invasi tentara pada petani gandum.
Abstract Cutting
Sebuah cut yang tidak untuk
menyambung cerita, tidak untuk memperjelas atau mendramatisasi atau
menggarisbawahi sesuatu, juga tidak untuk menyambung satu cerita dengan cerita
lain; juga tidak untuk menyambung satu thesis dengan thesis lain, maka sebuah
sambungan berfungsi hanya sebagai sambungan belaka; cutting is cutting;
cutting as cutting
0 komentar:
Post a Comment